Juni 29, 2016

Inilah Kronologis OTT KPK ke Anak Buah SBY

Rabu, 29 Juni 2016 , 21:01:00

Inilah Kronologis OTT KPK ke Anak Buah SBY


 Anggota DPR I Putu Sudiartana

Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan dan La Ode M Syarif, serta Juru Bicara KPK Yuyuk Andriati dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (29/6) terkait operasi tangkap tangan (OTT) terhadap anggota DPR I Putu Sudiartana. Foto: Ricardo/JPNN.Com


JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah menetapkan Anggota Komisi III DPR, I Putu Sudiartana sebagai tersangka dugaan suap terkait usulan proyek pembangunan jalan di Sumatera Barat. Politikus Partai Demokrat (PD) itu dijerat sebagai tersangka penerima suap usai dicokok dalam operasi tangkap tangan (OTT) KPK.
Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan dalam jumpa pers di kantornya, Rabu (29/6) malam memaparkan kronologis OTT terhadap anak buah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di PD itu. Mulanya, tim satgas KPK pada Selasa (28/6) pukul 18.00 bergerak ke daerah Petamburan, Jakarta Barat. Saat itu tim KPK Noviyanti yang tak lain staf anggota DPR. Selain itu, KPK juga menangkap suami Noviyanti, Muchlis.
Keduanya lantas diboyong ke KPK. Dari pengakuan Noviyanti, tim satgas KPK di lapngan bergerak ke titik lain.
Pada pukul 21.00 WIB, KPK menangkap I Putu Sudiartana di perumahan anggota DPR di Ulujami, Jakarta Selatan. Setelah itu, pada pukul 23.00 WIB petugas bergerak ke Padang dan berhasil menangkap Kepala Dinas Prasarana Jalan, Tata Ruang, dan Pemukiman Provinsi Sumatera Barat (Sumbar) Suprapto dan seorang swasta bernama Yogan Askan.
Tim KPK lantas memboyong Suprapto dan Yogan ke Mapolda Sumbar. “Dan diterbangkan ke Jakarta Rabu pagi," kata Basaria.
Sedangkan pada Rabu (29/6) dini hari, tim satgas KPK bergerak ke Tebing Tinggi Sumatera Utara untuk menangkap orang kepercayaan Putu yang bernama Suhemi. Selanjutnya, KPK pada pagi tadi langsung membawa Suhemi ke Jakarta.
Basaria menjelaskan, dari OTT itu KPK menyita uang SGD 40 ribu dan tiga lembar bukti transfer. Uang dan bukti transfer itu diduga dari Suprapto dan Yogan untuk diberikan ke Putu, Suhemi dan Noviyanti.
"Pemberian suap dilakukan melalui beberapa kali transfer. Ada yang diberikan melalui MCH (Muchlis), ada melalui tiga rekening," ujar Basaria.










































Mantan perwira Polri itu menambahkan, suap ke Putu terkait dengan rencana pembangunan 12 ruas jalan di Sumbar yang nilainya Rp 300 miliar. Tujuan suap itu agar Putu ikut membantu meloloskan agar anggaran proyek itu dibiayai APBN-P 2016.
Kini Putu bersama Noviyanto dan Suhemi menjadi tersangka penerima suap. Sedangkan Suprapto dan Yogan menjadi tersangka penerima suap.

‎"Sementafa MCH (Muchlis) suami NOV telah dilepaskan. Sewaktu-waktu kalau diperlukan akan dipanggil," pungkasnya. (put/jpg/ara/jpnn)

JAKARTA - Kepala Dinas Pekerjaan Umum Sumatera Barat Suprapto pernah beberapa kali mondar mandir ke kompleks Parlemen, menemui Putu Sudiartana.
"Kalau dia (Suprapto) memang beberapa kali menemui Putu di DPR," kata sumber JPNN.com di gedung DPR Jakarta, Rabu (29/6).
Suprapto merupakan pejabat Pemerintah Provinsi Sumbar yang ikut diamankan penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) bersama Anggota DPR Fraksi Demokrat, pada Selasa (28/6) malam. Diduga, mereka terlibat kasus suap proyek infrastruktur di Bumi Minang.
Dalam kasus ini, KPK juga sudah resmi menetapkan I Putu Sudiarta sebagai tersangka suap. Anak buah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu ditangkap di rumah dinasnya kompleks Ulujami, Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
Selain Putu, KPK juga menetapkan empat orang lain sebagai tersangka. Mereka adalah staf Putu bernama Novi Yanti, Kadis PU Sumbar Suprapto, rekan Putu bernama Suhaimi dan pengusaha Yogan Askan.

Wakil Ketua KPK Basaria Pandjaitan mengatakan kasus suap ini berkaitan dengan rencana pembangunan 12 ruas jalan di Sumbar senilai Rp 300 miliar. Suapnya sendiri sejumlah Rp 500 juta.(fat/jpnn)
Sumber:JPNN.Com

=======


KPK menangkap I Putu Sudiartana merupakan politikus Partai Demokrat di Jakarta pada dinihari tadi.Ia Wakil Bendahara Umum di DPP Partai Demokrat periode 2015-2020.
Ketua KPK Agus Rahardjo mengatakan anggota Komisi Hukum bersama tiga orang ditangkap tadi dinihari.
Dalam operasi itu, KPK dikabarkan mencokok lima orang di tiga tempat, yaitu Medan, Padang, dan Jakarta.
Wakil Ketua KPK La Ode M Syarif dan Juru Bicara KPK Yuyuk Andriati dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (29/6), terkait operasi tangkap tangan terhadap anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, I Putu Sudiartana. Foto: Ricardo/JPNN.Com


Suap menyuap itu terkait dengan pengurusan anggaran untuk proyek 12 ruas jalan di Sumatera Barat pada APBN Perubahan 2016.
Tiga (dari lima tersangka itu) disangka menerima suap. Yakni anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat I Putu Sudiartana (IPS), stafnya yang bernama Novianti (Nov), serta seorang swasta bernama Suhemi.
Sedangkan dua orang lainnya menjadi tersangka (pemberi suap). Yaitu Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Pemukiman Pemerintah Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Suprapto (SPT) dan pengusaha bernama Yogan Askan.
Dari penelusuran KPK, modus pemberian uang sogok ke anak buah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu tak seperti kasus-kasus suap lainnya yang ditangani lembaga antirasuah tersebut. Sebab, uang diserahkan dengan cara transfer.
"Biasanya cash, kali ini transfer ke tiga rekening. Saat transfer itulah penyelidik bisa mengamankan," kata Wakil Ketua KPK La Ode M Syarif dalam jumpa pers di kantornya, Rabu (29/6) petang.
Syarif lantas memerinci transfer uang sogok itu. Yang pertama Rp 150 juta, kedua Rp 300 juta dan ketiga Rp 50 juta.
Transfer dengan jumlah total Rp 500 juta di dilakukan dalam dua hari yang berbeda. Yaitu pada 25 Juni dan 27 Juni 2016.
====

I Putu Sudiartana, Anggota DPR periode 2014-2019, membidangi hukum dan hak asasi manusia. kelahiran Bongkasa, Bali, 8 Desember 1971. Sebelum menduduki kursi DPR, suami Luh Ketut Ayu ini pernah mencoba peruntungan mengikuti pemilihan Gubernur Bali pada 2013. Putu Sudiartana yang waktu itu diplot menjadi wakil gubernur bersama I Gede Winasa tidak lolos verifikasi. Salah satu sebabnya adalah dugaan pemalsuan tanda tangan dukungan partai pendukung pencalonan pasangan oleh anggota tim pasangan tersebut.

SUMBER DIOLAH TEMPO

Tambang Batu Bara di Sawahlunto Meledak;lima korban mengalami luka bakar serius

Tambang Batu Bara di Sawahlunto Meledak
SELASA, 28 JUNI 2016 | 08:50
Indikasi sementara pemicu ledakan adalah hubungan arus pendek listrik.

Lubang Mbah Suro, Kota Sawahlunto, Sumbar. ANTARA/Iggoy el Fitra


TEMPO.CO, Padang - Lubang tambang batu bara yang dikelola PT NAL di Parambahan, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, sekitar 97 kilometer ke arah selatan Kota Padang, dilaporkan meledak pada Senin, 27 Juni 2016, pukul 22.30 WIB.
Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, sedikitnya lima orang dilaporkan berada dalam lubang tambang saat peristiwa itu terjadi. Tiga di antaranya dilaporkan dalam kondisi kritis. Warga setempat, Ruly Firmansyah, menyatakan tiga korban yang mengalami luka bakar tersebut telah dirujuk ke Rumah Sakit Umum Pusat M. Djamil di Padang setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto.
Dugaan penyebab meledaknya tambang tersebut hingga saat ini masih diselidiki aparat berwenang. Saat ini aparat kepolisian setempat masih melakukan evakuasi terkait dengan kemungkinan adanya korban lain di lokasi kejadian. Suara ledakan terdengar cukup keras oleh warga sekitar. Warga pun langsung melakukan pengecekan hingga ditemukan lima korban. ANTARA

Korban Ledakan Tambang Alami Trauma Pernapasan SELASA, 28 JUNI 2016 |
Korban Ledakan Tambang Alami Trauma Pernapasan Pertambangan batubara tradisional di Sawahlunto, Sumbar, Selasa (16/6).
Diperkirakan ada sekitar 35 pekerja dan lima pengawas sedang berada dalam tambang batu bara saat terjadi ledakan pukul 10.30. ANTARA/Arif Pribadi TEMPO.CO, Jakarta - Korban ledakan tambang batu bara di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat banyak yang mengalami trauma saluran pernapasan akut. Saat ini mereka masih menjalani perawatan di rumah sakit. Dokter Irwan yang menangani para pasien mengatakan tiga dari lima korban ledakan segera dirujuk ke RSUP M Djamil Padang setelah mendapatkan pertolongan pertama di RSUD setempat.
Mereka adalah Firman Dedi, 43 tahun, Kamundi Halawa (35), dan Siswoko (40). Sedangkan dua korban lainnya, April Syaiful (37) dan Adi Tusiman (35), untuk sementara bisa ditangani di rumah sakit setempat.

Selain mengalami trauma pernapasan akibat menghirup udara panas, lima korban tersebut mengalami luka bakar cukup serius dengan persentase 40 hingga 60 persen. "Semua korban telah diberikan alat bantu pernapasan berupa instalasi endotrakhea dan infus, serta upaya pemindaian keluar-masuk cairan pada tubuh korban," kata Irwan, Selasa, 28 Juni 2016. Menurut Irwan, kondisi terakhir para korban dalam kondisi stabil tapi masih membutuhkan terapi lanjutan dengan peralatan yang lebih lengkap dan canggih. Hal paling diwaspadai dalam penanganan pasien luka bakar, kata dia, adalah risiko adanya komplikasi jalan pernapasan. Namun pihaknya sudah mengantisipasi dengan melakukan evaluasi medis terhadap kondisi pasien sebelum dirujuk. "Tim medis juga sudah berupaya melakukan penyedotan kandungan zat karbon pada saluran pernapasan korban yang merupakan sisa adanya peristiwa terbakar selaput pada saluran tersebut akibat udara panas yang terisap saat terjadi ledakan," katanya lagi. Kepala Teknik Tambang (KTT) PT NAL Fauzi mengatakan indikasi sementara pemicu ledakan adalah hubungan arus pendek listrik. "Kami bersama pihak terkait masih menyelidiki kebenaran dugaan tersebut, selain memaksimalkan penanganan terhadap pekerja kami yang menjadi korban ledakan," tuturnya. Sebelumnya, lubang tambang batu bara yang dikelola PT NAL, yang berlokasi di Parambahan Kecamatan Talawi Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, dilaporkan meledak pada Senin pukul 22.30 WIB. Berdasarkan informasi yang dihimpun di lapangan, lima orang dilaporkan berada dalam lubang dan tiga orang di antaranya dalam kondisi kritis. ANTARA