April 21, 2016

PEJABAT-DAN-PENGUSAHA-INDONESIA-DI-PANAMA-PAPERS



http://grafis.tempo.co/read/flashgrafis/2016/04/19/759/pejabat-dan-pengusaha-indonesia-di-panama-papers
SELASA, 19 APRIL 2016 | 16:42 WIB


Luhut Binsar Pandjaitan: "Saya tidak pernah ada perusahaan di luar negeri."
Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan mengklaim tidak tahu menahu tentang Mayfair International Ltd., sebuah perusahaan offshore yang tercantum dalam Panama Papers. Pada dokumen tersebut Luhut disebut sebagai direktur tunggal Mayfair.
"Karena waktu itu, tahun 2006, saya tidak punya uang untuk buka perusahaan di luar, jadi untuk apa saya mendirikan perusahaan cangkang seperti itu", kata Luhut kepada wartawan di kantornya, Senin (25/04).
Menurut investigasi Majalah Tempo, nama Luhut disebut pada dokumen Panama Papers terkait Mayfair yang disebut didirikan pada 29 Juni 2006, dan beralamatkan di Seychelles, negara kepulauan di Samudera Hindia, bekas jajahan Inggris.
Mayfair dinyatakan dimiliki oleh dua perusahaan: PT Persada Inti Energi dan PT Buana Inti Energi. Kedua perusahaan itu disebut-sebut terkait dengan perusahaan milik Luhut, PT Toba Bara Sejahtra Tbk.
Ketika ditanyakan oleh wartawan BBC Indonesia, Rafki Hidayat terkait kepemilikan perusahaan-perusahaan tersebut, Luhut menyebut, "Itu (Toba) memang perusahaan saya. Tapi yang Persada-persada itu saya tidak tahu".
"Saya tidak pernah ada perusahaan di luar negeri."
Bocornya dokumen Mossack Fonseca, menyita perhatian dunia beberapa minggu terakhir. Pasalnya, banyak pimpinan dan pejabat tinggi dunia yang menggunakan jasa firma asal Panama tersebut, untuk membuat perusahaan offshore di negara-negara bebas pajak.
Sejumlah tokoh dunia yang namanya tercatat di dokumen ini langsung mengundurkan diri: antara lain Perdana Menteri Islandia, Sigmundur Gunnlaugsson.
Ketika ditanyakan kepada Luhut, apakah sanggahannya ini berarti dirinya menilai Panama Papers mengungkap data palsu, Luhut tidak bisa memberikan jawaban tegas.
"Saya tidak tahu. Itu alamat rumah saya, dibikin salah di situ. Alamat rumah saya dibilang di Mega Kuningan 11, saya tidak tinggal di sana."
Luhut bahkan menuding ada pihak lain yang menggunakan namanya untuk membuat Mayfair. "Karena untuk membuat perusahaan seperti itu, tidak diperlukan tanda tangan saya".
Namun, ketika ditegaskan, apakah Luhut akan melakukan tuntutan terhadap tudingan bahwa dia adalah direktur Mayfair, Ia hanya menjawab "kita lihat nanti".
Nama lain dari Indonesia yang disebut dalam Panama Papers adalah Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Harry Azhar Azis. Ketua BPK yang belakangan terlibat perseteruan dengan Gubernur Jakarta itu mengakui kebenaran dokumen itu, namun menyebut bahwa ia mendirikan perusahaan itu aats desakan anaknya.Masih banyak nama orang Indoensia lain yang disebut. Yang paling dikenal, Riza Chalid, pengusaha yang terkait dalam apa yang disebut skandal Papa Minta Saham. Ini skandal pertemuan Ketua DPR Setya Novanto, didampingi Riza Chalid, beberapa waktu lalu, dengan Presiden Direktur Freeport Indonesia Maroef Sjamsoedin.

Cina Minta Samadikun Ditukar dengan Tahanan Uighur


KAMIS, 21 APRIL 2016 | 16:55 WIB
Luhut: Cina Minta Samadikun Ditukar dengan Tahanan Uighur  
Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan, saat coffee morning dengan sejumlah wartawan di kantor Menkopolhukam, Jakarta, 21 April 2016. Luhut menyampaikan harapannya agar Indonesia jangan mau didikte negara asing. TEMPO/Aditia Noviansyah
TEMPO.COJakarta - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah Cina meminta pertukaran Samadikun Hartono dengan sejumlah warga suku Uighur yang ditahan di Indonesia. Samadikun adalah buron korupsi Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang ditangkap di sana.

"Soal permintaan, ada, sepertinya ada," ujar Luhut di gedung Kementerian Politik, Hukum, dan Keamanan, Jakarta Pusat, Kamis, 21 April 2016.

Luhut mengatakan pemerintah Indonesia belum menanggapi permintaan tersebut. "Itu case yang dibicarakan berbeda, (soal tahanan Uighur) harus dibicarakan terpisah," katanya. Sejumlah warga Uighur diketahui ikut bergabung dalam kelompok teror Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

Meski Luhut tak gamblang menjelaskan rencana bagaimana membawa Samadikun ke Indonesia, dia menegaskan bahwa pemerintah sedang mengusahakannya. "Kami ingin melihat Samadikun bisa segera di Indonesia," tuturnya.

Samadikun adalah pemilik Bank Modern yang buron, setelah divonis 4 tahun penjara dalam kasus korupsi dana BLBI. Samadikun dianggap menyalahgunakan dana BLBI yang dikucurkan pemerintah ke Bank Modern, yang saat itu dihantam krisis 1997, sebesar Rp 169,4 miliar. Dari total jumlah itu, Samadikun bertanggung jawab atas sekitar Rp 11,9 miliar yang dipakainya untuk investasi.

Dia ditangkap pada 14 April 2016 melalui kerja sama pemerintah Cina dan Badan Intelijen Negara (BIN). Rencananya, Samadikun tiba di Indonesia hari ini.

YOHANES PASKALIS

----------

KAMIS, 21 APRIL 2016 | 21:44 WIB
Jaksa Agung dan Petinggi BIN Tunggu Samadikun di Halim
Samadikun Hartono. Dok. TEMPO/ Arie Basuki
TEMPO.COJakarta - Samadikun Hartono, buron kasus bantuan likuiditas bank Indonesia (BLBI), ditangkap tim pemburu koruptor di Cina, Jumat, 15 April 2016. Malam ini, Samadikun diterbangkan ke Indonesia.

Rencananya, Samadikun tiba di bandara Halin Perdanakusuma pukul 21.30. "Samadikun akan sampai Halim pukul 21.30," kata Direktur Informasi Badan Intelijen Negara Sundawan Salya melalui pesan singkatnya, Kamis, 21 April 2016.

Berdasarkan pantauan Tempo, hingga pukul 21.23 WIB, Samadikun belum terlihat datang. Namun VIP Lounge bandara Halim Perdanakusumah mulai dipadati para pewarta.

Selain itu tampak mobil satuan khusus tim pemburu koruptor milik Kejaksaan Agung  dengan pintu terbuka. Mobil Kejaksaan Tinggi Jawa Timur juga tampak bersiap di area VIP Lounge.

Sementara itu, belum tampak ada pengamanan khusus di pintu masuk maupun keluar bandara. Jaksa Agung Muhammad Prasetyo pun tampak hadir menunggu di dalam VIP Lounge.

"Dari sini Samadikun akan dibawa ke Kejaksaan Agung untuk diperiksa terlebih dahulu, setelah itu akan dibawa ke Salemba," ujar Prasetyo saat memasuki VIP Lounge Halim Perdanakusuma.

INGE KLARA SAFITRI