Mei 02, 2016

Kejagung Proses Proyek Hambalang

Hello, mari bergabung Brou.

Oleh : Ray Muhammad | Senin, 2 Mei 2016 | 21:46 WIB
Kejagung Akan Proses Proyek Hambalang
Kejagung Akan Proses Proyek Hambalang
 twitter   
INILAHCOM, Jakarta - Kejaksaan Agung memastikan akan memproses adanya temuan penyimpangan dalam pengadaan barang dan fasilitas di kompleks Pusat Pendidikan, Pelatihan dan Sekolah Olahraga Nasional (P3SON) Hambalang, Bogor, Jawa Barat.
"Sudah, semua diproses dan disidangkan. Tinggal nanti ditunggu bagaimana kelanjutannya dan akhirnya bagaimana, itu nanti putusan pengadilan. Masalah fisiknya juga ini sedang dibicarakan," tegas Prasetyo di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Senin (2/5/2016).
Lebih lanjut, saat ini Kejagung tengah mendalami kasus ini lebih jauh untuk menentukan langkah hukum selanjutnya.
"Ya, memang ada beberapa penyimpangan. Juga ada indikasi korupsi," pungkasnya.[jat]
- See more at: http://nasional.inilah.com/read/detail/2292654/kejagung-akan-proses-proyek-hambalang#sthash.k3pRy3OV.dpuf

""Tidak kapok berlayar, gara gara penyanderaan"

Cerita Sandera Soal Rokok dan Ramahnya Kelompok Abu Sayyaf

Wendi Rakhadian (28) bersama sang ayah usai dibebaskan kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina, Selasa (3/5/2016) (VIVA.co.id/Wahyudi Agus)

Cerita Sandera Soal Rokok dan Ramahnya Kelompok Abu Sayyaf

Awalnya para sandera begitu ketakutan saat lihat kelompok Abu Sayyaf.
Rabu, 4 Mei 2016 | 06:33 WIB


VIVA.co.id – Wendi Rakhadian (28) - yang disandera kelompok bersenjata Abu Sayyaf di Filipina dan telah dibebaskan pada Minggu 1 Mei 2016 - merekam kenangan baik selama ditahan bersama kelompok yang telah berafiliasi dengan ISIS di Suriah. Menurut Wendi, selama disandera sejak 26 Maret 2016, awalnya mereka begitu ketakutan saat melihat kelompok bersenjata Abu Sayyaf.
"Jika satu dari kalian bikin masalah, maka semuanya akan kena," kata Wendi menirukan salah seorang anggota Abu Sayyaf, Selasa 3 Mei 2016.
Namun demikian, kesan seram itu ternyata tak sepenuhnya benar. Ternyata saat sudah di daratan dan sejalan waktu. Kelompok bersenjata Abu Sayyaf ternyata tak pernah melakukan kekerasan terhadap Wendi dan sembilan rekannya sesama awak kapal Brahma 12.
"Mereka memperlakukan kami dengan baik dan tidak memberikan kekerasan," kata Wendi. "Sehingga kami merasa aman-aman saja meski sangat cemas dan berharap segera pulang."
Wendi pun mencontohkan salah satu perlakuan baik yang mereka alami. Yakni soal berbagi rokok. Ternyata, kata Wendi, sandera diperkenankan untuk meminta rokok dengan mereka yang menjaganya. "Kalau ingin merokok, kami minta aja ke anggota Abu Sayyaf bersenjata lengkap yang menjaga kami, dan mereka kasih" ujarnya sambil tertawa.
Perlakuan Sama
Tak cuma itu, menurut Wendi, meski berstatus sandera. Secara prinsip antara sandera dan kelompok bersenjata Abu Sayyaf sesungguhnya sama.
Salah satunya dalam soal makan. Menurut Wendi, tidak ada pembedaan antara sandera dengan mereka yang menyandera. "Kami diperlakukan sama dengan mereka, jika mereka makan kami juga makan dan jika mereka tak makan kami pun ikut pula," katanya.
Meski begitu, Wendi mengaku cukup keletihan selama ditawan Abu Sayyaf. Sebabnya, mereka kerap berpindah-pindah lokasi. "Tempat penyekapan berpindah pindah, kadang di hutan dan kadang di rumah, makanya tak bisa mandi kecuali kalau hari hujan dan di tengah hutan," kata dia.
Mobilitas yang tinggi tersebut, lanjut Wendi, membuat mereka akhirnya tidak bisa membersihkan diri dengan leluasa. Dalam ingatannya, selama 35 hari disandera, Wendi dan rekannya hanya bisa mandi lima kali. Itu pun dengan air hujan yang turun.
Umumnya, kata Wendi, dalam setiap pergerakan, seluruh sandera pasti berjalan kaki dari hutan ke hutan. Sekurangnya selama tiga jam perjalanan. Langkah itu untuk menghindari kejaran militer Filipina.
Hingga akhirnya tiba pada satu waktu, sepuluh sandera dibawa dengan sebuah perahu dan ditambah jalan kaki selama setengah jam, para sandera yang sudah tidak tahu waktu dan tanggal, dibawa ke sebuah truk.
"Waktu itu sekitar siang, setelah berjalan kaki kami melihat sebuah bus yang sudah menunggu, kami pun disuruh naik," paparnya.
Sejam mobil berjalan, mereka pun sampai di sebuah rumah yang ternyata rumah Gubernur Sulu, Abdusakur Toto Tan II yang sudah menunggu dan mempersilakan masuk. Mereka dijamu makan siang dan diberi pakaian ganti.
"Kami dihidangkan makanan, mulai dari ikan gulai, ikan bakar, gulai daging, dan minuman bermacam macam. Bayangkan saja, selama 36 hari makan kami tak jelas, tapi setelah dihidangkan di rumah gubernur Sulu, rasanya ingin menyantap semua," kata Wendi.
Hinga di sore hari, mereka pun dibawa menggunakan mobil ke pangkalan Filipina dan langsung naik helikopter menuju Zamboanga dalam dua jam perjalanan dan kemudian berpindah ke pesawat yang membawanya pulang ke Indonesia.
Meski begitu, Wendi tetap mengaku tidak kapok dengan pembajakan. Putra sulung Aidil dan Asmizar ini mengaku akan tetap jadi pelaut.
"Tidak kapok berlayar. Meski gara gara penyanderaan tersebut mengalami turun berat badan hingga 10 kilogram," tutup dia.
(ren)


Cerita tim negosiator :membebaskan 10 WNI 

BerbagiKabar - Pihak KBRI Manila mengonfirmasi pembebasan 10 WNI yg disandera oleh grup militan Abu Sayyaf yaitu murni memakai trik negosiasi. Minister Counsellor-Political Affairs KBRI Manila, Eddy Mulya mengemukakan proses pembebasan itu pula dinamakan melibatkan tidak sedikit pihak, mulai sejak dari KBRI, TNI sampai pemerintah Filipina. 

"Iya ini full negosiasi. Di KBRI ada unsur diplomat sama unsur TNI, kita libatkan seluruh. Menjadi ini kerja tim semuanya. Namun, aku masuk di tengah-tengah (proses negosiasi), tak dari awal," di Lanud Halim Perdanakusuma, Senin (2/5). 

diluar itu, Eddy menyebutkan proses negosiasi ini terjadi tatkala 1 pekan. Negosiasi pembebasan WNI itu, lanjutnya, dilakukan bersama trick pendekatan & komunikasi ygintensif bersama group Abu Sayyaf. 

"Intinya ini kan ada anak nakal dalam satu keluarga. Kan ada anak nakal, nah gimana kita komunikasi dgn itu. Setelah Itu ada yg dituakan, dihormati. Nah semuanya itu,aku cuma tindaklanjuti," tuturnya. 
Ditambahkannya, ia pula mengaku ada keterlibatan Tim Kemanusiaan Surya Paloh dgn bersama Yayasan Sukma (Sekolah Sukma Bangsa di Aceh) di gerakkan oleh Ahmad Baedowi & Samsul Rizal Panggabean dalam proses pembebasan ini. 

Negosiasi terjadi tidak tersendat sebab Eddy & tim Baidowi telah melaksanakan riset & penelitian soal berkenaan menyangkut motivation and root causes of terrorism di wilayah Filipina sejak 2012 silam. & hasilnya terjun serta-merta dalam tim negosiator & menolong pemerintah Indonesia sejak info penyanderaan Abu Sayyaf itu beredar. 

"Jadi itu ada sohib aku, Pak Baidowi sama kawan-kawan. Mereka yg atur, menjadi kita hanya tindak lanjut. Kita kan riset di sana, kita bikin pendidikan dari 2012. Kita bangun pendidikan, beasiswa," jelas Eddy.

Sumber:Merdeka.com
======

Posisi 4 WNI Sandera Abu Sayyaf Lainnya Terlacak

By 

Liputan6.com, Jakarta - Mayjen TNI (Purn) Kivlan Zein mengatakan, saat ini dia masih berada di Filipina untuk terus mengupayakan pembebasan 4 WNI yang masih disandera kelompok Abu Sayyaf.

Kivlan Zein adalah salah satu negosiator dalam upaya pembebasan 10 WNI sebelumnya. Ke 10 WNI yang sudah dibebaskan itu adalah anak buah kapal Brahma 12. Sementara 4 WNI yang masih disandera adalah ABK TB Henry.

"Jadi kita telah mengetahui letak posisi mereka di mana. Saya sudah kontak dengan yang pegang 4 orang itu. Semoga bisa kita bebaskan," kata Kivlan seperti dikutip Antara, Senin (2/5/20160.

Mantan Kepala Staf Kostrad ini meminta, agar tidak ada upaya-upaya yang justru akan mengacaukan perundingan yang saat ini sedang berjalan. Apalagi pihak-pihak yang hanya ingin mencari nama.

Kivlan menceritakan, dia bernegosiasi dengan kelompok Abu Sayyaf sejak 27 Maret 2016. Sejak hari itu, kata Kivlan, pihaknya terus melakukan pendekatan atas nama perusahaan PT Patria Maritime Lines. Kivlan juga mendapat bantuan dari pihak lokal di Filipina.

Terutama, kata Kivlan, bantuan diberikan oleh Gubernur Sulu Abdusakur Tan II yang merupakan keponakan pimpinan Moro National Liberation Front (MNLF) Nur Misuari. Bantuan itu sangat berguna karena penculiknya, Al Habsyi Misa, merupakan mantan supir dan pengawalnya saat menjadi Gubernur Otonomi Muslim di Mindanao atau ARMM pada 1996-2001.

"Maka, saya sebagai wakil perusahaan meminta bantuannya untuk membujuk sang penculik WNI, dan berhasil membujuknya," kata Kivlan.

Anggota Badan Intelijen Strategis (Bais) dan intel Filipina mendekati kepala desa, camat, wali kota, dan gubernur Sulu untuk membujuk penculik. Mereka juga mengancam akan melakukan serangan militer dan pemboman kepada kelompik militan itu.

Dengan negosiasi dan tekanan itu, maka kelompok Abu Sayyaf melepaskan sanderaWNI.

Apakah Anda Warga Global?

  • 28 April 2016


London
Image captionTidak ada definisi yang tegas untuk 'warga global'.

Orang-orang masa kini semakin mengidentifikasi dirinya sebagai warga global dibanding warga sebuah negara, seperti terungkap dalam survei BBC World Service.
Kecenderungan ini khususnya meningkat di negara-negara perekonomian baru, dengan warganya yang lebih terbuka terhadap dunia luar.
Namun di Jerman, semakin sedikit orang yang merasa sebagai warga global, dibanding tahun 2001 lalu.
Lembaga jajak, GlobalScan -yang melakukan survei untuk BBC- mengajukan pertanyaan kepada 20.000 orang di 18 negara.


Indonesia

Lebih dari setengah yang ditanya (56%) di negara-negara perekonomian baru mengatakan lebih melihat dirinya sebagai warga global dibanding warga negara.
Di negara-negara yang perekonomiannya tumbuh, angkanya lebih tinggi dari rata-rata tersebut: Nigeria (73%), Cina (71%), Peru (70%), dan India (67%).
Sementara kecenderungan di negara-negara maju memperlihatkan penurunan.

Apakah 'warga global' itu?

Salah satu masalah dalam survei BBC adalah kesulitan dalam mendefinisikan konsep warga global sehingga dibiarkan terbuka dengan penafsiran dari para responden.


Survei Global

Bagi beberapa orang, warga global mungkin merujuk pengaruh ekonomi di seluruh dunia. Sedangkan bagi responden lain berupa 'kesiapan' untuk mengatasi masalah global walau ada juga yang melihatnya sebagai kebersamaan -baik terkait isu pemanasan global maupun ketimpangan.
Warga global juga mungkin merujuk pada komunikasi yang semakin mudah dalam era ketersambungan saat ini dan juga dalam kemampuan untuk menyampaikan pendapat lewat media sosial.
Sejumlah orang melihatnya dengan perspektif migrasi dan pergerakan, dan memang dunia saat ini sedang menyaksikan migrasi manusia terbesar sejak Perang Dunia II.
Jelas bukan hanya konflik dan perang yang menjadi penyebabnya, juga peningkatan kesejahteraan sehingga perjalanan udara makin terjangkau oleh kelas menengah.

Perasaan lokal di Indonesia

Di negara-negara maju, konsep globalisasi tampaknya terpukul setelah krisis keuangan tahun 2008. Di Jerman, misalnya, hanya 30% responden yang merasa dirinya sebagai warga global.


Survei Global

Sedangkan di Rusia memiliki angka terbesar dalam penentangan atas perkawinan lintas ras/suku, dengan 43% warga Rusia menentang.
Sementara di Spanyol, hanya 5% yang menentangnya. Spanyol juga merupakan negara di Eropa yang paling tinggi dalam merasa sebagai warga global.
Adapun Indonesia memiliki perasaan warga negara yang paling rendah, yaitu cuma 4%, dan bukan karena mereka merasa warga global.
Akan tetapi banyak warga Indonesia yang lebih memiliki perasaan lokal, degan lebih dari setengah responden melihat komunitas sekitar sebagai yang paling penting dalam mendefinisikan dirinya.
Secara umum, agama berperan kecil dalam melihat identitas dirinya dibanding dengan kebangsaan, selain di Pakistan dengan 43% warga melihat agama sebagai yang pertama.
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/04/160428_majalah_global