Mei 06, 2016

Munaslub ini momentum untuk bangkit

Tokoh Senior Partai Golkar Akbar Tandjung (kanan) bersama Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (tengah), dan Politisi Partai Demokrat Nurhayati Ali Assegaf (kiri) meninjau kelas saat acara pembukaan Sekolah Kepemimpinan Politik Bangsa di Akbar Tandjung Institut, Jakarta, Selasa (3/5/2016). Sekolah politik bagi para aktivis organisasi kemahasiswaan tersebut akan diisi oleh 15 pemateri dari berbagai Tokoh Bangsa.
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

Munaslub ini momentum untuk bangkit

Akbar Tandjung meminta kepemimpinan Partai Golkar mendatang jangan melulu dikaitkan dengan uang karena akan membuat partai lebih jatuh.

Pernyataan Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar itu menanggapi wacana iuran Rp 1 miliar yang harus disetorkan calon ketua umum partai berlambang pohon beringin di Munaslub Golkar medio Mei nanti."‎Kalau dalam kepemimpinan akan diliputi dengan nuansa uang, citra kita di publik akan negatif. Kalau citranya merosot dan tidak diapresiasi publik maka akan berdampak pada eksistensi partai," kata Akbar di Jakarta, Kamis (5/5/2016).
Akbar mengingatkan citra Golkar kadung menurun dan tidak lagi menjadi partai politik papan atas dalam kancah perpolitikan nasional. Malah, Golkar kini kalah peringkat dengan NasDem sebagai partai baru.Ia mencela usulan iursan Rp 1 miliar karena tidak lazim. "Nanti ke depan untuk jadi Ketua DPD I harus kasih Rp 500 juta, DPD II Rp 200 juta. Jadi nanti kepemimpinan Partai Golkar meliputi uang," Akbar kesal.Akbar sangat mendukung penyelenggaraan Munaslub Golkar. Ia mengusulkan untuk penyelenggaraan munaslub kader Golkar jangan malu untuk urunan sesuai kemampuan masing-masing, termasuk mencari tempat yang murah."Munaslub ini momentum untuk bangkit kembali raih posisi terhormat," tegas Akbar.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar

Akbar Tandjung: Calon Ketum Golkar Berkantong Tipis Bakal Tersingkir


TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gagasan soal iuran Rp 1 miliar bagi setiap calon Ketua Umum DPP Golkar hanya memperburuk partai berlambang pohon beringin.
Mantan Ketua Umum DPP Golkar, Akbar Tanjung, menilai calon ketua umum yang berkantong tebal akan mudah melenggang maju karena mampu memenuhi iuran Rp 1 miliar, tapi berakibat tak baik bagi calon yang kere.
Wacana iuran Rp 1 miliar yang harus disetorkan tiap-tiap calon ketua umum pada Munaslub Partai Golkar mendatang pada gilirannya membuka konflik baru di internal kader.
"Untuk urusan yang berkaitan dengan kepemimpinan politik yang bermuara pada pengabdian bagi bangsa, negara dan rakyat, sebaiknya nuansa uang kita hindari," ujar Akbar di Akbar Tandjung Institute, Jakarta Selatan, Selasa (3/5/2016).
Akbar menambahkan, saat ini Golkar membutuhkan pemimpin yang mampu mengakhiri konflik, mengkonsolidasikan semua faksi yang ada dan mengembalikan kejayaan partai.
"Biasanya mereka datang dari latar belakang yang bukan orang yang mempunyai sumber daya yang besar," ujar Akbar kepada wartawan, di kantor Akbar Tanjung Institute, Jakarta Selatan, Selasa (3/5/2016).
Dengan kewajiban menyetor Rp 1 miliar, lanjut Akbar, maka kandidat ideal yang memiliki segala kriteria untuk memajukan partai namun tidak punya uang akan tersingkir dari bursa calon ketua umum.
Ia menolak gagasan panitia munaslub soal iuran dan seharusnya ada cara lain untuk menyelesaikan masalah pendanaan dan politik transaksional yang tak terhindarkan.

Penulis: Nurmulia Rekso Purnomo
Editor: Y Gustaman

Tidak ada komentar: